#pathdaily
View on Path
Note : English version coming soon. Will be updated later.
Hari ini kita akan bahas live rig performance aku pas tanggal 16 Desember kemarin (tepat 10 hari yang lalu). Aku sendiri ditugaskan menjadi filler keyboard. Acara ini sendiri dilaksanakan di The Premiere Pekanbaru, dan ada Pongki Barata sebagai bintang tamunya!
Dan untuk pertama kalinya aku tahu kalau Pongki Barata ternyata masih ada hubungan saudara samaku.
Sudah merupakan tugas filler untuk membuat musik semakin megah. Dan untuk itu, pengorbanan yang dilakukan juga tidaklah sedikit. Lebih banyak sakit kepalanya.
Ya, beberapa lagu diciptakan memang untuk memberkati yang mendengar, tapi bukan yang memainkan. Dan disinilah perjalanan sakit kepala kita mulai.
Kadang kadang lebih enak melatih orchestra sendiri daripada bikin routing ginian.
Pertama … dari mana yang mau kita bahas?
Kelihatannya kita harus bahas alat alat apa saja yang digunakan.
Lalu setupnya gimana?
Pertama dan paling penting, setel laptop ke High Performance, lalu colok charger!
Lalu, ada 5 track MIDI di Ableton Live.
Anggap ajalah gitu. Lagi gak depan alat juga, susah bikin gambar yang sama persis.
Pada saat input MIDI diberikan plugin, MIDI To akan berubah menjadi Audio To, karena dia tidak lagi mengeluarkan MIDI.
Audio To tetap ke Master.
Midi From channel 1 dibuat ke Alesis VX49. Midi From channel 2 dibuat ke None. Kenapa?
Maschine diketahui punya protokol rahasia sendiri untuk mengontrol Maschine 2 software. Walaupun mungkin yang digunakan adalah MIDI, dokumentasinya sama sekali tidak keluar untuk publik, dan jalurnya juga langsung, tidak melewati DAW.
Intinya, Live sendiri gak tau apa apa, tiba tiba Maschine bunyi aja, karena memang pada dasarnya Maschine Mikro gak lewat Live. Dia langsung ke plugin. Dan karena inilah, Maschine Software gak bisa ada 2.
Maschine sendiri cuma dipakai pada lagu yang dibawa oleh om Samuel pas khotbah, “Never Too Far Gone” oleh Jordan Feliz.
Dan cara aku pakenya, aku potong potong intro lagu aslinya, lalu aku masukkan ke pad. Jadi deh.
Ini bisa juga dilakukan dengan Novation LaunchPad ataupun drum controller lainnya, mengingat Live 9 punya Sampler (untuk Suite) dan Simpler (untuk Suite dan yang dibawahnya), dan ada drum racknya. Cuma masalahnya, aku gak punya launchpad. :'(
Note : VIP sendiri juga sebenarnya ada protokol sendiri, tapi bisa dimanipulasi lewat MIDI. Dan kalau kita bahas sekarang, artikel ini bakal terlalu ngawur. Jadi lain kali saja ya.
Multi dalam VIP untuk Alesis VX49 bisa muat 8 VST.
Ini list yang aku pakai :
Kontakt 5 adalah sampler Native Insruments. Sampling dalam arti, sound itu direkam, dipotong potong, lalu dijadikan instruments. Bukan dibuat. (Contoh suara yang dibuat adalah lagu EDM.)
Sekarang paham kan kenapa aku perlu SSD?
Mungkin HDD bisa juga, apalagi kalau RAID 0. Tapi :
dalam Alesis VX49, pada dasarnya switch program aja. Gak ada yang istimewa.
Note : Sustain Pedal BUKAN dicolok disini.
Selanjutnya, kita akan bahas 2 keyboard Yamaha ini.
Ada 2 registry yang SAMA PERSIS di keduanya.
Legend : R1 : Right 1, R2 : Right 2, L : Left.
Kenapa Left off?
Output dari Channel MIDI di Ableton yang inputnya dari KORG nanoKEY2 disetel ke Yamaha PSR-S910 input, channel 3.
Channel 3 sendiri disetel ke “Left”. Jadi, aku bisa mainkan Right 1 + Right 2, Left dimatikan, dan Left bisa dimainkan dari nanoKEY2. Lebih luas jadinya.
Caranya gimana? Nanti aku jelaskan di posting lain, karena gak ada keyboard yang bisa difoto sekarang. Tapi kalau kamu bandel, baca aja dokumentasi user manual nya keyboardmu. Pasti ada. Makanya buku manual tuh dibaca, jangan jadi bungkus cabe.
Selanjutnya, PSR-S950. Ini keyboardku tersayang. Ok, semuanya keyboard aku kecuali yang putih itu
Dan, kemudian aku kehabisan port di USB Hub. Jadi gimana?
Untungnya, aku ada kabel MIDI bulat. Istilah kerennya, MIDI 5-pin DIN.
Aku beli di toko musik yang juga menyewakan alat untuk natal kami kemarin. Dan lucunya, kabel ini hampir diretur karena salah stok dan gak ada yang beli. Awalnya ada 2, aku beli satu (dan aku bilang jangan diretur satu lagi), lalu aku beli satu lagi. Lalu salah satu hilang
.
Aku colokkan MIDI out dari keyboardku ke Alesis VX49. Alesis VX49 sendiri mem-forward MIDI inputan dia ke komputer, dan hasilnya selain jadi controller, dia juga bisa jadi MIDI interface.
Sekarang, ini track MIDI pada Ableton Live.
Lalu, dibuatlah 2 preset MIDI pada keyboard PSR-S950.
Preset 1 : Right 1 ke Channel 1, send Control Change (CC), MIDI Note (Note), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Preset 2 : Right 1 ke Channel 2, send Control Change (CC), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Kenapa seperti ini?
Note : Volume control pada setiap plugin di VIP harus dilock, karena setiap kali keyboard YAMAHA ganti registry, dia sering bingung dan malah kena mute. Ini yang aku belum ketemu caranya.
Lalu kenapa keyboard putih di kanan?
Keyboard YAMAHA yang di kanan tidak disetel untuk mengirim MIDI kemanapun. Dia cuma menerima. Sedangkan keyboard YAMAHA di kiri tidak disetel untuk menerima, dia cuma mengirim.
Jadinya, keyboard kanan lebih sering hanya untuk strings (Registry 1).
Lalu, saat om Samuel bawa lagu “Bagi Allah selama lamanya”…
Ada bagian singkup (Sycopation).
Jadi, dengan preset MIDI 1 yang mengirim MIDI note dan CC (sustain) ke semua keyboard, aku bisa setel Registry 1 di keyboard kanan, Registry 5 di keyboard kiri, lalu hidupkan plugin 5, 6, dan 7 di keyboard atas.
Saat bar ketiga setelah singkup, aku bisa mainkan arpeggio strings di keyboard kanan, dan saat sudah sampai octave bawah, tanganku tidak jauh lagi bergerak untuk langsung menghajar keyboard kiri yang menghasilkan unison sound dari semua keyboard yang langsung bunyi.
Pusing? Sama.
Aku menghabiskan 2 botol Fruit Tea Lemon di gereja selama 4 jam cuma mikirin ini.
Still, I’m not that pro. Cuma kebetulan bisa aja.
Kalau ada pertanyaan, komen aja.
Yang mau endorse, mau beliin launchpad, atau apapun, boleh email >> rinaldo@rinaldo.id
Stay strong, stay humble.
God bless us.
Note : English version coming soon. Will be updated later.
Hari ini kita akan bahas live rig performance aku pas tanggal 16 Desember kemarin (tepat 10 hari yang lalu). Aku sendiri ditugaskan menjadi filler keyboard. Acara ini sendiri dilaksanakan di The Premiere Pekanbaru, dan ada Pongki Barata sebagai bintang tamunya!
Dan untuk pertama kalinya aku tahu kalau Pongki Barata ternyata masih ada hubungan saudara samaku.
Sudah merupakan tugas filler untuk membuat musik semakin megah. Dan untuk itu, pengorbanan yang dilakukan juga tidaklah sedikit. Lebih banyak sakit kepalanya.
Ya, beberapa lagu diciptakan memang untuk memberkati yang mendengar, tapi bukan yang memainkan. Dan disinilah perjalanan sakit kepala kita mulai.
Kadang kadang lebih enak melatih orchestra sendiri daripada bikin routing ginian.
Pertama … dari mana yang mau kita bahas?
Kelihatannya kita harus bahas alat alat apa saja yang digunakan.
Lalu setupnya gimana?
Pertama dan paling penting, setel laptop ke High Performance, lalu colok charger!
Lalu, ada 5 track MIDI di Ableton Live.
Anggap ajalah gitu. Lagi gak depan alat juga, susah bikin gambar yang sama persis.
Pada saat input MIDI diberikan plugin, MIDI To akan berubah menjadi Audio To, karena dia tidak lagi mengeluarkan MIDI.
Audio To tetap ke Master.
Midi From channel 1 dibuat ke Alesis VX49. Midi From channel 2 dibuat ke None. Kenapa?
Maschine diketahui punya protokol rahasia sendiri untuk mengontrol Maschine 2 software. Walaupun mungkin yang digunakan adalah MIDI, dokumentasinya sama sekali tidak keluar untuk publik, dan jalurnya juga langsung, tidak melewati DAW.
Intinya, Live sendiri gak tau apa apa, tiba tiba Maschine bunyi aja, karena memang pada dasarnya Maschine Mikro gak lewat Live. Dia langsung ke plugin. Dan karena inilah, Maschine Software gak bisa ada 2.
Maschine sendiri cuma dipakai pada lagu yang dibawa oleh om Samuel pas khotbah, “Never Too Far Gone” oleh Jordan Feliz.
Dan cara aku pakenya, aku potong potong intro lagu aslinya, lalu aku masukkan ke pad. Jadi deh.
Ini bisa juga dilakukan dengan Novation LaunchPad ataupun drum controller lainnya, mengingat Live 9 punya Sampler (untuk Suite) dan Simpler (untuk Suite dan yang dibawahnya), dan ada drum racknya. Cuma masalahnya, aku gak punya launchpad. :'(
Note : VIP sendiri juga sebenarnya ada protokol sendiri, tapi bisa dimanipulasi lewat MIDI. Dan kalau kita bahas sekarang, artikel ini bakal terlalu ngawur. Jadi lain kali saja ya.
Multi dalam VIP untuk Alesis VX49 bisa muat 8 VST.
Ini list yang aku pakai :
Kontakt 5 adalah sampler Native Insruments. Sampling dalam arti, sound itu direkam, dipotong potong, lalu dijadikan instruments. Bukan dibuat. (Contoh suara yang dibuat adalah lagu EDM.)
Sekarang paham kan kenapa aku perlu SSD?
Mungkin HDD bisa juga, apalagi kalau RAID 0. Tapi :
dalam Alesis VX49, pada dasarnya switch program aja. Gak ada yang istimewa.
Note : Sustain Pedal BUKAN dicolok disini.
Selanjutnya, kita akan bahas 2 keyboard Yamaha ini.
Ada 2 registry yang SAMA PERSIS di keduanya.
Legend : R1 : Right 1, R2 : Right 2, L : Left.
Kenapa Left off?
Output dari Channel MIDI di Ableton yang inputnya dari KORG nanoKEY2 disetel ke Yamaha PSR-S910 input, channel 3.
Channel 3 sendiri disetel ke “Left”. Jadi, aku bisa mainkan Right 1 + Right 2, Left dimatikan, dan Left bisa dimainkan dari nanoKEY2. Lebih luas jadinya.
Caranya gimana? Nanti aku jelaskan di posting lain, karena gak ada keyboard yang bisa difoto sekarang. Tapi kalau kamu bandel, baca aja dokumentasi user manual nya keyboardmu. Pasti ada. Makanya buku manual tuh dibaca, jangan jadi bungkus cabe.
Selanjutnya, PSR-S950. Ini keyboardku tersayang. Ok, semuanya keyboard aku kecuali yang putih itu
Dan, kemudian aku kehabisan port di USB Hub. Jadi gimana?
Untungnya, aku ada kabel MIDI bulat. Istilah kerennya, MIDI 5-pin DIN.
Aku beli di toko musik yang juga menyewakan alat untuk natal kami kemarin. Dan lucunya, kabel ini hampir diretur karena salah stok dan gak ada yang beli. Awalnya ada 2, aku beli satu (dan aku bilang jangan diretur satu lagi), lalu aku beli satu lagi. Lalu salah satu hilang
.
Aku colokkan MIDI out dari keyboardku ke Alesis VX49. Alesis VX49 sendiri mem-forward MIDI inputan dia ke komputer, dan hasilnya selain jadi controller, dia juga bisa jadi MIDI interface.
Sekarang, ini track MIDI pada Ableton Live.
Lalu, dibuatlah 2 preset MIDI pada keyboard PSR-S950.
Preset 1 : Right 1 ke Channel 1, send Control Change (CC), MIDI Note (Note), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Preset 2 : Right 1 ke Channel 2, send Control Change (CC), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Kenapa seperti ini?
Note : Volume control pada setiap plugin di VIP harus dilock, karena setiap kali keyboard YAMAHA ganti registry, dia sering bingung dan malah kena mute. Ini yang aku belum ketemu caranya.
Lalu kenapa keyboard putih di kanan?
Keyboard YAMAHA yang di kanan tidak disetel untuk mengirim MIDI kemanapun. Dia cuma menerima. Sedangkan keyboard YAMAHA di kiri tidak disetel untuk menerima, dia cuma mengirim.
Jadinya, keyboard kanan lebih sering hanya untuk strings (Registry 1).
Lalu, saat om Samuel bawa lagu “Bagi Allah selama lamanya”…
Ada bagian singkup (Sycopation).
Jadi, dengan preset MIDI 1 yang mengirim MIDI note dan CC (sustain) ke semua keyboard, aku bisa setel Registry 1 di keyboard kanan, Registry 5 di keyboard kiri, lalu hidupkan plugin 5, 6, dan 7 di keyboard atas.
Saat bar ketiga setelah singkup, aku bisa mainkan arpeggio strings di keyboard kanan, dan saat sudah sampai octave bawah, tanganku tidak jauh lagi bergerak untuk langsung menghajar keyboard kiri yang menghasilkan unison sound dari semua keyboard yang langsung bunyi.
Pusing? Sama.
Aku menghabiskan 2 botol Fruit Tea Lemon di gereja selama 4 jam cuma mikirin ini.
Still, I’m not that pro. Cuma kebetulan bisa aja.
Kalau ada pertanyaan, komen aja.
Yang mau endorse, mau beliin launchpad, atau apapun, boleh email >> rinaldo@rinaldo.id
Stay strong, stay humble.
God bless us.
Note : English version coming soon. Will be updated later.
Hari ini kita akan bahas live rig performance aku pas tanggal 16 Desember kemarin (tepat 10 hari yang lalu). Aku sendiri ditugaskan menjadi filler keyboard. Acara ini sendiri dilaksanakan di The Premiere Pekanbaru, dan ada Pongki Barata sebagai bintang tamunya!
Dan untuk pertama kalinya aku tahu kalau Pongki Barata ternyata masih ada hubungan saudara samaku.
Sudah merupakan tugas filler untuk membuat musik semakin megah. Dan untuk itu, pengorbanan yang dilakukan juga tidaklah sedikit. Lebih banyak sakit kepalanya.
Ya, beberapa lagu diciptakan memang untuk memberkati yang mendengar, tapi bukan yang memainkan. Dan disinilah perjalanan sakit kepala kita mulai.
Kadang kadang lebih enak melatih orchestra sendiri daripada bikin routing ginian.
Pertama … dari mana yang mau kita bahas?
Kelihatannya kita harus bahas alat alat apa saja yang digunakan.
Lalu setupnya gimana?
Pertama dan paling penting, setel laptop ke High Performance, lalu colok charger!
Lalu, ada 5 track MIDI di Ableton Live.
Anggap ajalah gitu. Lagi gak depan alat juga, susah bikin gambar yang sama persis.
Pada saat input MIDI diberikan plugin, MIDI To akan berubah menjadi Audio To, karena dia tidak lagi mengeluarkan MIDI.
Audio To tetap ke Master.
Midi From channel 1 dibuat ke Alesis VX49. Midi From channel 2 dibuat ke None. Kenapa?
Maschine diketahui punya protokol rahasia sendiri untuk mengontrol Maschine 2 software. Walaupun mungkin yang digunakan adalah MIDI, dokumentasinya sama sekali tidak keluar untuk publik, dan jalurnya juga langsung, tidak melewati DAW.
Intinya, Live sendiri gak tau apa apa, tiba tiba Maschine bunyi aja, karena memang pada dasarnya Maschine Mikro gak lewat Live. Dia langsung ke plugin. Dan karena inilah, Maschine Software gak bisa ada 2.
Maschine sendiri cuma dipakai pada lagu yang dibawa oleh om Samuel pas khotbah, “Never Too Far Gone” oleh Jordan Feliz.
Dan cara aku pakenya, aku potong potong intro lagu aslinya, lalu aku masukkan ke pad. Jadi deh.
Ini bisa juga dilakukan dengan Novation LaunchPad ataupun drum controller lainnya, mengingat Live 9 punya Sampler (untuk Suite) dan Simpler (untuk Suite dan yang dibawahnya), dan ada drum racknya. Cuma masalahnya, aku gak punya launchpad. :'(
Note : VIP sendiri juga sebenarnya ada protokol sendiri, tapi bisa dimanipulasi lewat MIDI. Dan kalau kita bahas sekarang, artikel ini bakal terlalu ngawur. Jadi lain kali saja ya.
Multi dalam VIP untuk Alesis VX49 bisa muat 8 VST.
Ini list yang aku pakai :
Kontakt 5 adalah sampler Native Insruments. Sampling dalam arti, sound itu direkam, dipotong potong, lalu dijadikan instruments. Bukan dibuat. (Contoh suara yang dibuat adalah lagu EDM.)
Sekarang paham kan kenapa aku perlu SSD?
Mungkin HDD bisa juga, apalagi kalau RAID 0. Tapi :
dalam Alesis VX49, pada dasarnya switch program aja. Gak ada yang istimewa.
Note : Sustain Pedal BUKAN dicolok disini.
Selanjutnya, kita akan bahas 2 keyboard Yamaha ini.
Ada 2 registry yang SAMA PERSIS di keduanya.
Legend : R1 : Right 1, R2 : Right 2, L : Left.
Kenapa Left off?
Output dari Channel MIDI di Ableton yang inputnya dari KORG nanoKEY2 disetel ke Yamaha PSR-S910 input, channel 3.
Channel 3 sendiri disetel ke “Left”. Jadi, aku bisa mainkan Right 1 + Right 2, Left dimatikan, dan Left bisa dimainkan dari nanoKEY2. Lebih luas jadinya.
Caranya gimana? Nanti aku jelaskan di posting lain, karena gak ada keyboard yang bisa difoto sekarang. Tapi kalau kamu bandel, baca aja dokumentasi user manual nya keyboardmu. Pasti ada. Makanya buku manual tuh dibaca, jangan jadi bungkus cabe.
Selanjutnya, PSR-S950. Ini keyboardku tersayang. Ok, semuanya keyboard aku kecuali yang putih itu
Dan, kemudian aku kehabisan port di USB Hub. Jadi gimana?
Untungnya, aku ada kabel MIDI bulat. Istilah kerennya, MIDI 5-pin DIN.
Aku beli di toko musik yang juga menyewakan alat untuk natal kami kemarin. Dan lucunya, kabel ini hampir diretur karena salah stok dan gak ada yang beli. Awalnya ada 2, aku beli satu (dan aku bilang jangan diretur satu lagi), lalu aku beli satu lagi. Lalu salah satu hilang
.
Aku colokkan MIDI out dari keyboardku ke Alesis VX49. Alesis VX49 sendiri mem-forward MIDI inputan dia ke komputer, dan hasilnya selain jadi controller, dia juga bisa jadi MIDI interface.
Sekarang, ini track MIDI pada Ableton Live.
Lalu, dibuatlah 2 preset MIDI pada keyboard PSR-S950.
Preset 1 : Right 1 ke Channel 1, send Control Change (CC), MIDI Note (Note), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Preset 2 : Right 1 ke Channel 2, send Control Change (CC), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Kenapa seperti ini?
Note : Volume control pada setiap plugin di VIP harus dilock, karena setiap kali keyboard YAMAHA ganti registry, dia sering bingung dan malah kena mute. Ini yang aku belum ketemu caranya.
Lalu kenapa keyboard putih di kanan?
Keyboard YAMAHA yang di kanan tidak disetel untuk mengirim MIDI kemanapun. Dia cuma menerima. Sedangkan keyboard YAMAHA di kiri tidak disetel untuk menerima, dia cuma mengirim.
Jadinya, keyboard kanan lebih sering hanya untuk strings (Registry 1).
Lalu, saat om Samuel bawa lagu “Bagi Allah selama lamanya”…
Ada bagian singkup (Sycopation).
Jadi, dengan preset MIDI 1 yang mengirim MIDI note dan CC (sustain) ke semua keyboard, aku bisa setel Registry 1 di keyboard kanan, Registry 5 di keyboard kiri, lalu hidupkan plugin 5, 6, dan 7 di keyboard atas.
Saat bar ketiga setelah singkup, aku bisa mainkan arpeggio strings di keyboard kanan, dan saat sudah sampai octave bawah, tanganku tidak jauh lagi bergerak untuk langsung menghajar keyboard kiri yang menghasilkan unison sound dari semua keyboard yang langsung bunyi.
Pusing? Sama.
Aku menghabiskan 2 botol Fruit Tea Lemon di gereja selama 4 jam cuma mikirin ini.
Still, I’m not that pro. Cuma kebetulan bisa aja.
Kalau ada pertanyaan, komen aja.
Yang mau endorse, mau beliin launchpad, atau apapun, boleh email >> rinaldo@rinaldo.id
Stay strong, stay humble.
God bless us.
Note : English version coming soon. Will be updated later.
Hari ini kita akan bahas live rig performance aku pas tanggal 16 Desember kemarin (tepat 10 hari yang lalu). Aku sendiri ditugaskan menjadi filler keyboard. Acara ini sendiri dilaksanakan di The Premiere Pekanbaru, dan ada Pongki Barata sebagai bintang tamunya!
Dan untuk pertama kalinya aku tahu kalau Pongki Barata ternyata masih ada hubungan saudara samaku.
Sudah merupakan tugas filler untuk membuat musik semakin megah. Dan untuk itu, pengorbanan yang dilakukan juga tidaklah sedikit. Lebih banyak sakit kepalanya.
Ya, beberapa lagu diciptakan memang untuk memberkati yang mendengar, tapi bukan yang memainkan. Dan disinilah perjalanan sakit kepala kita mulai.
Kadang kadang lebih enak melatih orchestra sendiri daripada bikin routing ginian.
Pertama … dari mana yang mau kita bahas?
Kelihatannya kita harus bahas alat alat apa saja yang digunakan.
Lalu setupnya gimana?
Pertama dan paling penting, setel laptop ke High Performance, lalu colok charger!
Lalu, ada 5 track MIDI di Ableton Live.
Anggap ajalah gitu. Lagi gak depan alat juga, susah bikin gambar yang sama persis.
Pada saat input MIDI diberikan plugin, MIDI To akan berubah menjadi Audio To, karena dia tidak lagi mengeluarkan MIDI.
Audio To tetap ke Master.
Midi From channel 1 dibuat ke Alesis VX49. Midi From channel 2 dibuat ke None. Kenapa?
Maschine diketahui punya protokol rahasia sendiri untuk mengontrol Maschine 2 software. Walaupun mungkin yang digunakan adalah MIDI, dokumentasinya sama sekali tidak keluar untuk publik, dan jalurnya juga langsung, tidak melewati DAW.
Intinya, Live sendiri gak tau apa apa, tiba tiba Maschine bunyi aja, karena memang pada dasarnya Maschine Mikro gak lewat Live. Dia langsung ke plugin. Dan karena inilah, Maschine Software gak bisa ada 2.
Maschine sendiri cuma dipakai pada lagu yang dibawa oleh om Samuel pas khotbah, “Never Too Far Gone” oleh Jordan Feliz.
Dan cara aku pakenya, aku potong potong intro lagu aslinya, lalu aku masukkan ke pad. Jadi deh.
Ini bisa juga dilakukan dengan Novation LaunchPad ataupun drum controller lainnya, mengingat Live 9 punya Sampler (untuk Suite) dan Simpler (untuk Suite dan yang dibawahnya), dan ada drum racknya. Cuma masalahnya, aku gak punya launchpad. :'(
Note : VIP sendiri juga sebenarnya ada protokol sendiri, tapi bisa dimanipulasi lewat MIDI. Dan kalau kita bahas sekarang, artikel ini bakal terlalu ngawur. Jadi lain kali saja ya.
Multi dalam VIP untuk Alesis VX49 bisa muat 8 VST.
Ini list yang aku pakai :
Kontakt 5 adalah sampler Native Insruments. Sampling dalam arti, sound itu direkam, dipotong potong, lalu dijadikan instruments. Bukan dibuat. (Contoh suara yang dibuat adalah lagu EDM.)
Sekarang paham kan kenapa aku perlu SSD?
Mungkin HDD bisa juga, apalagi kalau RAID 0. Tapi :
dalam Alesis VX49, pada dasarnya switch program aja. Gak ada yang istimewa.
Note : Sustain Pedal BUKAN dicolok disini.
Selanjutnya, kita akan bahas 2 keyboard Yamaha ini.
Ada 2 registry yang SAMA PERSIS di keduanya.
Legend : R1 : Right 1, R2 : Right 2, L : Left.
Kenapa Left off?
Output dari Channel MIDI di Ableton yang inputnya dari KORG nanoKEY2 disetel ke Yamaha PSR-S910 input, channel 3.
Channel 3 sendiri disetel ke “Left”. Jadi, aku bisa mainkan Right 1 + Right 2, Left dimatikan, dan Left bisa dimainkan dari nanoKEY2. Lebih luas jadinya.
Caranya gimana? Nanti aku jelaskan di posting lain, karena gak ada keyboard yang bisa difoto sekarang. Tapi kalau kamu bandel, baca aja dokumentasi user manual nya keyboardmu. Pasti ada. Makanya buku manual tuh dibaca, jangan jadi bungkus cabe.
Selanjutnya, PSR-S950. Ini keyboardku tersayang. Ok, semuanya keyboard aku kecuali yang putih itu
Dan, kemudian aku kehabisan port di USB Hub. Jadi gimana?
Untungnya, aku ada kabel MIDI bulat. Istilah kerennya, MIDI 5-pin DIN.
Aku beli di toko musik yang juga menyewakan alat untuk natal kami kemarin. Dan lucunya, kabel ini hampir diretur karena salah stok dan gak ada yang beli. Awalnya ada 2, aku beli satu (dan aku bilang jangan diretur satu lagi), lalu aku beli satu lagi. Lalu salah satu hilang
.
Aku colokkan MIDI out dari keyboardku ke Alesis VX49. Alesis VX49 sendiri mem-forward MIDI inputan dia ke komputer, dan hasilnya selain jadi controller, dia juga bisa jadi MIDI interface.
Sekarang, ini track MIDI pada Ableton Live.
Lalu, dibuatlah 2 preset MIDI pada keyboard PSR-S950.
Preset 1 : Right 1 ke Channel 1, send Control Change (CC), MIDI Note (Note), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Preset 2 : Right 1 ke Channel 2, send Control Change (CC), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Kenapa seperti ini?
Note : Volume control pada setiap plugin di VIP harus dilock, karena setiap kali keyboard YAMAHA ganti registry, dia sering bingung dan malah kena mute. Ini yang aku belum ketemu caranya.
Lalu kenapa keyboard putih di kanan?
Keyboard YAMAHA yang di kanan tidak disetel untuk mengirim MIDI kemanapun. Dia cuma menerima. Sedangkan keyboard YAMAHA di kiri tidak disetel untuk menerima, dia cuma mengirim.
Jadinya, keyboard kanan lebih sering hanya untuk strings (Registry 1).
Lalu, saat om Samuel bawa lagu “Bagi Allah selama lamanya”…
Ada bagian singkup (Sycopation).
Jadi, dengan preset MIDI 1 yang mengirim MIDI note dan CC (sustain) ke semua keyboard, aku bisa setel Registry 1 di keyboard kanan, Registry 5 di keyboard kiri, lalu hidupkan plugin 5, 6, dan 7 di keyboard atas.
Saat bar ketiga setelah singkup, aku bisa mainkan arpeggio strings di keyboard kanan, dan saat sudah sampai octave bawah, tanganku tidak jauh lagi bergerak untuk langsung menghajar keyboard kiri yang menghasilkan unison sound dari semua keyboard yang langsung bunyi.
Pusing? Sama.
Aku menghabiskan 2 botol Fruit Tea Lemon di gereja selama 4 jam cuma mikirin ini.
Still, I’m not that pro. Cuma kebetulan bisa aja.
Kalau ada pertanyaan, komen aja.
Yang mau endorse, mau beliin launchpad, atau apapun, boleh email >> rinaldo@rinaldo.id
Stay strong, stay humble.
God bless us.
Note : English version coming soon. Will be updated later.
Hari ini kita akan bahas live rig performance aku pas tanggal 16 Desember kemarin (tepat 10 hari yang lalu). Aku sendiri ditugaskan menjadi filler keyboard. Acara ini sendiri dilaksanakan di The Premiere Pekanbaru, dan ada Pongki Barata sebagai bintang tamunya!
Dan untuk pertama kalinya aku tahu kalau Pongki Barata ternyata masih ada hubungan saudara samaku.
Sudah merupakan tugas filler untuk membuat musik semakin megah. Dan untuk itu, pengorbanan yang dilakukan juga tidaklah sedikit. Lebih banyak sakit kepalanya.
Ya, beberapa lagu diciptakan memang untuk memberkati yang mendengar, tapi bukan yang memainkan. Dan disinilah perjalanan sakit kepala kita mulai.
Kadang kadang lebih enak melatih orchestra sendiri daripada bikin routing ginian.
Pertama … dari mana yang mau kita bahas?
Kelihatannya kita harus bahas alat alat apa saja yang digunakan.
Lalu setupnya gimana?
Pertama dan paling penting, setel laptop ke High Performance, lalu colok charger!
Lalu, ada 5 track MIDI di Ableton Live.
Anggap ajalah gitu. Lagi gak depan alat juga, susah bikin gambar yang sama persis.
Pada saat input MIDI diberikan plugin, MIDI To akan berubah menjadi Audio To, karena dia tidak lagi mengeluarkan MIDI.
Audio To tetap ke Master.
Midi From channel 1 dibuat ke Alesis VX49. Midi From channel 2 dibuat ke None. Kenapa?
Maschine diketahui punya protokol rahasia sendiri untuk mengontrol Maschine 2 software. Walaupun mungkin yang digunakan adalah MIDI, dokumentasinya sama sekali tidak keluar untuk publik, dan jalurnya juga langsung, tidak melewati DAW.
Intinya, Live sendiri gak tau apa apa, tiba tiba Maschine bunyi aja, karena memang pada dasarnya Maschine Mikro gak lewat Live. Dia langsung ke plugin. Dan karena inilah, Maschine Software gak bisa ada 2.
Maschine sendiri cuma dipakai pada lagu yang dibawa oleh om Samuel pas khotbah, “Never Too Far Gone” oleh Jordan Feliz.
Dan cara aku pakenya, aku potong potong intro lagu aslinya, lalu aku masukkan ke pad. Jadi deh.
Ini bisa juga dilakukan dengan Novation LaunchPad ataupun drum controller lainnya, mengingat Live 9 punya Sampler (untuk Suite) dan Simpler (untuk Suite dan yang dibawahnya), dan ada drum racknya. Cuma masalahnya, aku gak punya launchpad. :'(
Note : VIP sendiri juga sebenarnya ada protokol sendiri, tapi bisa dimanipulasi lewat MIDI. Dan kalau kita bahas sekarang, artikel ini bakal terlalu ngawur. Jadi lain kali saja ya.
Multi dalam VIP untuk Alesis VX49 bisa muat 8 VST.
Ini list yang aku pakai :
Kontakt 5 adalah sampler Native Insruments. Sampling dalam arti, sound itu direkam, dipotong potong, lalu dijadikan instruments. Bukan dibuat. (Contoh suara yang dibuat adalah lagu EDM.)
Sekarang paham kan kenapa aku perlu SSD?
Mungkin HDD bisa juga, apalagi kalau RAID 0. Tapi :
dalam Alesis VX49, pada dasarnya switch program aja. Gak ada yang istimewa.
Note : Sustain Pedal BUKAN dicolok disini.
Selanjutnya, kita akan bahas 2 keyboard Yamaha ini.
Ada 2 registry yang SAMA PERSIS di keduanya.
Legend : R1 : Right 1, R2 : Right 2, L : Left.
Kenapa Left off?
Output dari Channel MIDI di Ableton yang inputnya dari KORG nanoKEY2 disetel ke Yamaha PSR-S910 input, channel 3.
Channel 3 sendiri disetel ke “Left”. Jadi, aku bisa mainkan Right 1 + Right 2, Left dimatikan, dan Left bisa dimainkan dari nanoKEY2. Lebih luas jadinya.
Caranya gimana? Nanti aku jelaskan di posting lain, karena gak ada keyboard yang bisa difoto sekarang. Tapi kalau kamu bandel, baca aja dokumentasi user manual nya keyboardmu. Pasti ada. Makanya buku manual tuh dibaca, jangan jadi bungkus cabe.
Selanjutnya, PSR-S950. Ini keyboardku tersayang. Ok, semuanya keyboard aku kecuali yang putih itu
Dan, kemudian aku kehabisan port di USB Hub. Jadi gimana?
Untungnya, aku ada kabel MIDI bulat. Istilah kerennya, MIDI 5-pin DIN.
Aku beli di toko musik yang juga menyewakan alat untuk natal kami kemarin. Dan lucunya, kabel ini hampir diretur karena salah stok dan gak ada yang beli. Awalnya ada 2, aku beli satu (dan aku bilang jangan diretur satu lagi), lalu aku beli satu lagi. Lalu salah satu hilang
.
Aku colokkan MIDI out dari keyboardku ke Alesis VX49. Alesis VX49 sendiri mem-forward MIDI inputan dia ke komputer, dan hasilnya selain jadi controller, dia juga bisa jadi MIDI interface.
Sekarang, ini track MIDI pada Ableton Live.
Lalu, dibuatlah 2 preset MIDI pada keyboard PSR-S950.
Preset 1 : Right 1 ke Channel 1, send Control Change (CC), MIDI Note (Note), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Preset 2 : Right 1 ke Channel 2, send Control Change (CC), sisanya disable. Channel sisanya disable.
Kenapa seperti ini?
Note : Volume control pada setiap plugin di VIP harus dilock, karena setiap kali keyboard YAMAHA ganti registry, dia sering bingung dan malah kena mute. Ini yang aku belum ketemu caranya.
Lalu kenapa keyboard putih di kanan?
Keyboard YAMAHA yang di kanan tidak disetel untuk mengirim MIDI kemanapun. Dia cuma menerima. Sedangkan keyboard YAMAHA di kiri tidak disetel untuk menerima, dia cuma mengirim.
Jadinya, keyboard kanan lebih sering hanya untuk strings (Registry 1).
Lalu, saat om Samuel bawa lagu “Bagi Allah selama lamanya”…
Ada bagian singkup (Sycopation).
Jadi, dengan preset MIDI 1 yang mengirim MIDI note dan CC (sustain) ke semua keyboard, aku bisa setel Registry 1 di keyboard kanan, Registry 5 di keyboard kiri, lalu hidupkan plugin 5, 6, dan 7 di keyboard atas.
Saat bar ketiga setelah singkup, aku bisa mainkan arpeggio strings di keyboard kanan, dan saat sudah sampai octave bawah, tanganku tidak jauh lagi bergerak untuk langsung menghajar keyboard kiri yang menghasilkan unison sound dari semua keyboard yang langsung bunyi.
Pusing? Sama.
Aku menghabiskan 2 botol Fruit Tea Lemon di gereja selama 4 jam cuma mikirin ini.
Still, I’m not that pro. Cuma kebetulan bisa aja.
Kalau ada pertanyaan, komen aja.
Yang mau endorse, mau beliin launchpad, atau apapun, boleh email >> rinaldo@rinaldo.id
Stay strong, stay humble.
God bless us.